Keluarga Besar

Sebuah Hikmah… yang sangat saya syukuri… yang saya dapatkan… ketika pulang kampung kemarin… Ya.. Sebuah Hikmah dari Keluarga besar.

Maaf… jika selama ini saya sangat tidak sependapat dengan acara walimahan yang dilaksanakan dengan meriah. Untuk saya mwalimahan cukup  diselengarakan dengan cara sederhana…  Ya.. asalkan.. tujuannya untuk memperkenalkan dan mengumumkan adanya pasangan suami istri baru yang syah tercapai… sudah cukup. (he he.. ini juga yang bikin… ibuku… pernah marah, 17 tahun yang lalu.. ketika saya usulkan… acara pernikahanku… cukup dengan “selamatan” sederhana dirumah). Hal yang kini saya sadari adalah… ternyata dibalik kebahagiaan sepasang anak manusia yang telah mendapatkan Ridho untuk menikah… ada kebahagiaan dan barokah lain… bagi seluruh keluarga.

Kenapa???

Bisa dibayangkan… di zaman sekarang ini.. ketika era.. mordernisasi sudah sangat berkembang…  Anak manusia seringkali terlibat dalam urusan-urusannya sendiri yang seolah tidak ada habisnya. Ini sudah diangp lumrah… diadaptasi menjadi kebiasaan umum… dan sangat dimaklumi, jika seseorang beralasan sibuk sehingga tidak sempat bertsilahturahmi.  Ya… kita sudah hampir kehilangan waktu untuk bersilahturahmi… kepada para sesepuh.. kepada para tetangga, kepada keluarga dan sanak saudara.(bahkan tidak jarang terhadap keluarag sendiri pun ini terjadi… ayah dan ibu tidak lagi sempat bercengkrama dengan putra/inya…hal yang membuat  saya sangat miris.. mengingatnya) Dan ini saya rasakan benar..

Kesempatan langka… bertemu dalam semua saudara yang terikat dalam pertalian darah… dari pihak ibu dan ayah.. dari keluarga besan… dapat dijadikan sebuah.. barokah yang tak ternilai. Yah.. Alhamdulillah… jika kemarin-kemarin.. disaat saya mencoba menerangkan silsilah keluarga (walaupun sudah pake diagram) anak-anak.. pada geleng kepala dan wajah yang kebingungan… Buat mereka sangat asing ketika saya katakan bahwa eyang uti bersaudara sepupu dengan eyang A atau.. si B yang tinggal disana.. sebetulnya masih satu keluarga karena ia adalah sepupu ayahmu dari pihak ayahnya… (he he he… saya aja bingung… he he he)

Sekali lagi alhamdulillah… dengan bertemu langsung… berbicara dan ada kontak fisik.. anak-anak lebih nyambung… sekarang.

Jika ini dikembalikan pada “Islam…”, pada prinsipnya.. sangat penuh perhatian pada silahturahmi.. Ini dibuktikan dengan adanya hukum-hukum dalam Islam yang memasukkan unsur kekeluargaan. Sebut saja contohnya… Hukum Waris dan Hukum Pernikahan… Sangat jelas.. ditekankan pentingnya mengetahui susunan wali nikah bagi pengantin wanita dalam pertalian keluarga dari nasab ayah.  Sedang dalam Hukum Waris… bagaimana pembagian, yang menyangkut hak serta kewajiban para penerima waris.. sangat ditentukan oleh pertalian darah.

Mudah-mudahan ini dapat menjadi sebuah langkah awal.. dari anak-anakku sebagai generasi penerus… untuk tetap selalu menjaga silahturahmi, menghargai… para sesepuh… membuat ikatan tali yang kokoh diantara… keluarga besar… dan yang paling penting… dapat menjaga dan melaksanakan hukum-hukum Islam… Insya Allah

Komentar ditutup.