Siapa sih….Kafiirrr????

Dengan segala hormat… postingan ini hanya ditujuan kepada… para sesama muslim… jika anda yang non muslim bersedia membaca ini… mohon untuk tidak memasukkan komentar apapun…
Dari postingan ku sebelumnya… “KAFIIRR????” saya banyak menulis… (panjang lebaar kali yaaaaa) tentang definisi “kafir… ” bahkan dengan mencantumkan… banyak-banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang mendukung…
Yah… paling gak.. sedikit banyak aku juga mulai punya pendapat tentang kata ini dan siapa-siapa yang kira-kira termasuk dalam kelompok ini….

Bruak…..
Malam itu,… hampir saja saya terjatuh… ketika mendengar sebuah radio swasta yang sebagian besar program-programnya tentang dakwah Islam… Sang pendakwah… dengan lantang dan tanpa tedeng aling-aling… membicarakan seorang ustadz.. (yang alhamdulillah… cukup dikenal masyarakat saat ini) dengan “mengkafirkan” beliau…..

Walah… saya langsung diaamm… dan ngeloyor… cari sang Imam…. untuk berbicara panjang lebar dengan sang Imam… kesimpulannya…..

Ada rasa gak percaya antara ucapan sang pendakwah… dengan persepsi saya tentang sang ustadz.. kebetulan… juga, saya sudah “sempat bertemu” dengan sang ustadz… jauh-jauh… jauh… hari sebelum ia seterkenal sekarang… Saya kaji… dari dulu hingga sekarang sang ustadz tak ada perubahan berati… tetap… sabar… sopan… hati-hati… lemah lembut.. dan mengajarkan dengan sangat terbuka (yah… apalagi saya orangnya gemar bertanya… dengan pertanyaan yang aneh…)tidak ada rasa gusar ketika menghadapi orang-orang yang datang untuk belajar.

Memang… pemikirannya yang dituangkan buku-bukunya cukup kontroversi kalau menurut bahasa awam…. judulnya pun… hmmm adanya yang mengartikan… seolah-olah “manafikan Rasullullah saw”.

Tapi… jika kembali kepada kriteria kafir… setahu saya… sebanyak yang saya baca… sebanyak yang saya dengar… ia begitu berpegangan teguh pada Allah dan Rasulnya…

Hmmm… ada juga terfikir… memang seringkali.. dalam menyampaikan.. sebuah kebenaran… level pemahaman dari umat yang akan menerima harus sangat dipertimbangkan… karena jika terlalu berat.. dapat saja akan mengakibatkan adanya “penyelewengan” pemahaman… dan jika terlalu ringan.. dapat dianggap sesuatu yang tidak perlu diperhatikan… apalagi… mau diserap dan diadaptasi…
Yah… berdasarkan pemikiran inilah (mungkin)…. saya berusaha berbaik sangka… bahwa sang pendakwah.. menbentengi sebagian umat yang dianggapnya… tidak akan mampu menerima cara penyampaian sang ustadz… Ya.. dengan mengkatakan… sang ustadz telah kafir…

Ugh… tapi tetap saja… ada sebagian lagi dari diri ini yang gak bisa menerima… hujatan seperti itu.. bukan karena kasus ini menyangkut seorang ustadz yang kebetulan pernah saya kenal. Tetapi.. lebih pada bersifat umum… bahwa begitu mudah seseorang mengucapkan kata-kata yang jelas-jelas akan bikin gonjang-ganjing….

Mungkin lebih baik… dan sangat saya sarankan… dengan sagala hormat dan harapan untuk pihak-pihak yang berbeda pendapat… duduk bersama… bicara dari hati kehati… boleh dengan bahasa halus.. boleh dengan kata-kata tajam… boleh sebentar… boleh lama…. Asalkan… setelah duduk bersama ini mereka dapat mengambil sebuah kesepakatan dan pengertian.. tentang… apa yang disengketakan… sebelum.. ada statement-statement yang keluar didepan publik… dan bikin… masyarakat luas.. jadi terpecah belah…

Ya.. pak kyai … ya bu kyai… ya pak ustadz…ya bu ustadzah…. ya.. ya ya

8 Komentar

  1. LareOsing said

    Harusnya memang begitu, duduk bersama dengan saling menghargai akan lebih enak. Temu muka langsung itu akan menimbulkan empathy.

    Dan selama orang Islam itu masih Istiqomah dengan Syahadat-nya, tentu tidak bisa disebut seperti itu. Kecuali jika sudah menympang banget seperti Ahmadiyah.

    Dan hati-hati, Allah telah menegaskan dalam FrmanNya tentang menggibah saudara sesama Muslim yang artinya : “Dan janganlah sebagian kalian meng-ghibah sebagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kalian memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka tentunya kalian tidak menyukainya (merasajijik). Dan bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (AlHujurat : 12) ”

    Jadi, pendakwah tersebut perlu diingatkan, siapa tahu beliau khilaf.

    //LareOsing

    Sebuah komentar yang sangat menyejukkan…. Jazakallahu Akhi…

  2. hik_mah said

    mengkafirkan sesama muslim… 😦
    semudah itu kah??

  3. yodama said

    Senada dg hik_mah, seharusnya sih qt tdk semudah itu memberikan label kafir kpd seseorang. Harus hati-hati.

    Setahu sy, hukum asal seorang muslim adalah ia baik di dlm aqidahnya. Kecuali bila di dlm diri muslim tsb tampak ciri2 bid’ah di dlm muslim tsb. Bahkan qt sah utk sholat (makmum) dg imam seorang ahli bid’ah selama bid’ahnya tdk masuk ke dlm kekafiran.

    Wallahu a’lamu bi al-shawaab.

  4. emma said

    Sudahkah “dia ” sang pendakwah,.. mendapat jaminan
    atas tinggi keimanannya., terhadap Allah..?

    Sudah kah “dia pendakwah” mendapatkan kavling surga Allah hingga berani menjatuhkan hujatan itu..?

  5. abu fuad said

    assalamu alaikum wr wb.
    mohon maaf ni lama absen terlalu sibuk, begini saudara seiman, saya mengajukan forum itu tidak bermaksud mengkafirkan sesama muslim tapi hendak memahami konsep kufur dalam islam, contoh S.4:137-138, itukan yang dimaksud orang islam bukan non muslim,

    oleh karenanya ulama membagi kekafiran menjadi dua: kufur amali dan kufur i’tiqadi, kufur amali ialah perbuatan ummat islam yang keluar dari syareat islam contoh; orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja menurut nabi orang itu kafir. “barang siapa meninggalkan shalat dengan sengaja maka sungguh dia kafir terang-terangan” demikian sabda rasul.
    tapi kekafiran orang seperti ini tidak boleh dicap bukan muslim lagi, dia muslim akan tetapi dia melakukan perbuatan orang kafir yaitu tidak taat kepada Allah.

    sedangkan kufur i’tiqadi ialah kekafiran secara keyakinan, berarti bukan muslim.

    begitu maksud saya, sekali lagi bukan untuk menghakimi orang islam.
    terimakasi semua atas tanggapannya.

  6. abu fuad said

    assalamu alaikum bu emma

    secara husus saya ingin menanggapi bu emma, bahkan kalau boleh ketemu langsung itu lbih baik, bu emma ! ibu sudah benar tidak ada orang yang dijamin masuk syurga baik itu ust. kiai, ulama atau apapun namanya itu sangat benar, bahkan dalam tafsir alqurthubi juz 1 s.2:42 banyak ust masuk neraka tapi jamaahnya masuk syurga.

    akan tetapi berhati-hati dalam mengamalkan islam menurut saya sangat baik. mohon maaf bukan untuk menggurui, tapi begini bu, kalau saja ibu membuka tafsir al qurthubi juz 12 surat al haj : 1 disitu ada hadis panjang yang mempersentasikan manusia ahli neraka, hadis itu diriwayatkan oleh tirmidzi, betapa mengerikan kedudukan ummat manusia ini. atau buku-buku bhs indo. riyadhusshalihin jilid 2 bagian-bagian akhir. maaf bukan untuk pamer kitab ibu, saya menhormati ibu sebagai mana saya menghormati ibu saya sendiri.

    saya tidak ada jaminan masuk syurga sebagai mana ibu tidak dijamin masuk syurga. tapi alquran menjamin orang yang beriman dan beramal shaleh dengan baik dan benar masuk syurga, itu yang dimaksud s.67:2

    wassalam

  7. anggra said

    masalah takfir (pengkafiran / mengkafirkan) memang sangat berat. karena kalau ada fulan yang mengkafirkan orang lain, dan ternyata orang lain tersebut tidak kafir, bisa saja fulan itulah yang kafir.

    Allohu a’lam

  8. ressay said

    Berbeda pendapat sah-sah aja menurutku. Tetapi bukankah ada akhlak yang santun dalam berpendaat. mengapa tidak kita lakukan itu?

RSS feed for comments on this post

Komentar ditutup.